TENTANG SEBUAH PERTEMUAN (Re-Write)




Sebuah Re-write dari Blog dengan judul “Catatan Ketjil”

Saya sarankan untuk para pembaca setia, membaca dahulu cerita aslinya ini . Klik Linknya disini cttnketjil.blogspot.com

Re-write ini menjelaskan bahwa cerita menggunakan sudut pandang laki-laki sebagai pelaku utama yang sebelumnya menggunakan sudut pandang wanita sebagai pelaku utama. Mencoba membahas dengan nuansa romansa cantik layaknya kisah Anime Jepang unggulan ber-rating tinggi pada Tahun 2017 dilansir oleh web IndoXX1 “Kimi No Nawa” dengan rating 91 dari 100 poin. Menceritakan rasa penasaran pihak satu dengan pihak lainnya yang tidak bisa diucapkan, melaikan bertemu lewat tulisan. Pendiskripsian suasana yang mencoba diangkan supaya mendapatkan latar yang tepat supaya terbawa kedalam romansa. Selamat menikmati. Let’s Go!

TENTANG SEBUAH PERTEMUAN

Waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB tepatnya setelah isya. Menandakan bahwa “Oke, kita akan bertemu” ujarku dalam hati. Yang kutau, bintang di langit saat itu tertutupi oleh awan gelap pekat, seakan tidak ingin bersahabat denganku. Dan sepertinya unsur meramalku tidak mungkin salah.

Yah, benar saja. Gerimis menampakkan dirinya. Sial.

Menggunakan sepeda motor, tak lama kemudian aku sampai di tempat tujuan. Langsung ku memilih tempat duduk terdekat  (tenda payung berwarna hijau tepatnya) karena kutak ingin menjadi seorang yang sedang mencari-cari menoleh kanan kiri layaknya seorang induk ayam mencari anaknya yang sedang bermain entah kemana.

Kulihat sekitar, tampak bangku-bangku putih kecil dibawah tenda payung yang cantik dilengkapi dengan lampu-lampu kuning berpijar menghiasi seisi taman kecil itu. ditambah ruangan dengan kaca transparan yang didalamnya penuh dengan barista dan kursi penuh dengan manusia seakan-akan kita disuguhi suasana villa yang berada di tengah taman pada malam hari.

Dan akhirnya dirimu pun datang.

Seorang perempuan dengan kerudung berwarna coklat (atau mungkin marun) tersenyum kecil menyapaku dengan sapaan yang sama seperti aku biasa menyapa para pembaca blog-ku “Halo om, apa kabar? Gebetan Aman?” ujarnya. Kau pikir gebetanku berapa juta sehingga perlu diamankan? haha. Perempuan yang sungguh ceria ujarku dalam hati.

Hot Coffe Latte dan Hot Chocolate menemani perbincangan kita saat itu. Tak lama, kau berceletuk ingin membuat novel bernuansa romansa dengan kafe ini sebagai latarnya. Dimana tokoh utamanya akan melamar seorang kekasihnya dengan menggunakan sebuah lagu dihadapan semua pengunjung yang ada. “Yaudah, sini aku yang maen gitar” timpaku dengan nada bercanda. Kau tersenyum. Entah apa yang kau pikirkan saat itu. Aku tak tahu.

Kembali pada cerita kita malam itu. Menurutku, salah satu cara mengenal lebih dekat dengan seseorang adalah dengan terhubung lewat sosial media, instagram contohnya. Tak lama, kita sudah saling mengikuti. Saat itu pula kau mengeluarkan buku yang telah kupesan untuk dibawakan. Tak mau kalah, aku menyiapkan  2 buku yang kupikir akan bermanfaat untuknya, mungkin. Yah kupikir, itu cara yang bagus untuk kita bisa bertemu lagi. Selalu ada rencana dibalik rencanakan?

Hingga akhirnya kita bercerita tentang suatu rahasia.

Kotak kenangan rusak yang coba kau buka dihadapanku. Cerita yang belum pernah ku dengar bahkan kubayangkan sebelumnya yang bahkan kupikir itu hanya cerita yang mungkin ada dalam suatu sinetron saja. Tapi ternyata tidak. Itu nyata. Di dunia ini. Bahkan dihadapanku. Kau bercerita. Ku tak menyangka, untuk orang seceria dan se-optimis dirimu, ternyata menyimpan kerapuhan layaknya cermin retak yang tak bisa kau poles menjadi semula lagi.

Semua kau tumpahkan. Air mata, cerita dan segala hal yang membuatmu tersayat. Kau seperti membongkar kotak rusak itu dan menunjukkan cerita usang yang kau punya. Kucoba membantu dengan meraih buku yang telah kusiapkan tadi “Reason to Stay Alive” karangan Matt Haig buku yang kurasa tepat di waktu yang tepat. "Gumawo" katamu lirih. Tapi tetap, air matamu tak terbendung.

Pantaskah aku mendapatkan cerita ini? Aku ingin menangis. Tapi aku memaksa naluriku untuk tak boleh menangis. Yah, aku memang tak menangis saat itu. Tapi aku sadar bahwa mata yang berkaca-kaca itu tak bisa disembunyikan. Terimakasih karena telah mempercayaiku sebagai tempat cerita. Semoga kamu selalu mempunyai dada yang lapang dan perlindungan dari Allah SWT. Aamiin.

Ceritamu membuat kita hanyut dalam keadaan, tak sadar bahwa baju, buku dan meja kita basah karena gerimis datang cukup deras. Ditambah lagi, tinggal kita yang hanya duduk dibangku kecil dibawah tenda payung hijau itu. Layaknya adegan drama korea, kita berjalan dibawah payung berduaan. Lucu.

Kita berpindah menuju dalam kafe. Nampak lebih terang dan lebih dingin, karena terdapat AC disetiap sudut ruangan. Sesi kita berganti dengan perbincangan yang ringan tentang tempat kita mengajar. Yah kita tidak bisa disangkal kalo kita ternyata satu tim mengajar. Perbincangan yang receh menjadi andalan saat itu.

Suasana terasa semakin dalam. Dan tak terasa bahwa jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WIB. Ditambah hujan yang reda serta para pengunjung yang mulai meninggalkan mejanya. Begitupun kita. Pernah saya membahas dalam blog-ku sebelumnya yang mengatakan menurut Einstein “Waktu menjadi relatif karena bertemu 2 hal: Cinta dan Kesakitan”. Seperti itulah suasana terasa. Sendu dan Menyenangkan. Aku yakin akan ada malam itu lagi denganmu. Senang bisa mengenalmu. Yang kutahu, Kita Pasti Akan Bertemu, InsyaAllah.

Terimakasih untuk malam itu.

Begitulah jika cerita diatas diambil dengan sudut pandang seorang laki-laki sebagai pelaku utama-nya.

Terimakasih telah membaca. See Yaa..

Komentar